Kualitas Karet Lokal Buruk

Kualitas Karet Lokal Buruk

BENTENG, Bengkulu Ekspress - Penurunan harga getah karet membuat para petani harus lebih bersabar. Pasalnya, penurunan harga karet berlaku di seluruh belahan dunia. Hal ini dikarenakan kuantitas (jumlah,red) hasil perkebunan karet saat ini sudah semakin banyak. Bahkan, beberapa negara besar yang selama ini tidak memproduksi getah karet sudah mulai mengembangkan tanaman tersebut. Seperti Vietnam, Kamboja, China dan Thailand.

\"Penurunan harga karet tergantung pada standar pasar dunia. Bukan dikarenakan pasar lokal ataupun kebijakan nasional. Sesuai dengan hukum ekonomi, dimana harga beli akan tinggi jika jumlah barang sedikit. Sebaliknya, harga beli akan rendah jika jumlah barang sangat banyak,\" kata Wakil Bupati Bengkulu Tengah (Benteng), Septi Peryadi STP ditemui Bengkulu Ekspress, kemarin (23/7).

Dari hasil penelusuran ke sejumlah perusahaan pengolah karet di Kabupaten Benteng, Septi menjelaskan bahwa saat ini perusahaan hanya mampu mengolah karet yang berasal dari petani menjadi bahan olahan setengah jadi. Bahan setengah jadi inilah yang nantinya akan di ekspor atau dijual ke negara yang memang telah dilengkapi peralatan canggih untuk mengolah karet siap pakai.

\"Sampai saat ini, karet hasil olahan pabrik di Kabupaten Benteng langsung diekspor ke Amerika Serika (AS) maupun Jepang,\" ungkap Wabup. Selain jumlah karet yang sudah mulai membludak, Wabup menuturkan bahwa kualitas karet yang dihasilkan oleh para petani di Kabupaten Benteng atau umumnya dari Provinsi Bengkulu memang belum sesuai dengan harapan pasar dunia.

\"Kualitas karet juga sangat berpengaruh. Dimana karet yang berasal dari Kabupaten Benteng memang memiliki kualitas yang kalah jauh jika dibandingkan dengan karet dari negara lain. Ini juga menjadi pemicu penurunan harga beli karet di Kabupaten Benteng,\" beber Wabup.

Terpisah, Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Benteng, Ir Sucipto mengungkapkan bahwa keluhan terhadap penurunan harga karet memang sering disampaikan masyarakat. Kondisi ini sudah berlangsung sejak tahun 2012 silam hingga kini .Bahkan, saat ini karet mentah dari tangan petani hanya dihargai sekitar Rp 7,5 ribu hingga Rp 8 ribu per Kg.

Situasi ini tentu saja belum sesuai dengan harapan masyarakat. Terlebih lagi, harga sandang, papan dan pangan terus mengalami kenaikan.Menyikapi hal ini, Sucipto mengaku akan menggelar hearing bersama para petani dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) teknis di lingkungan Pemda Kabupaten Benteng.

\"Saat ini, kami masih fokus membahas harga sawit. Dalam waktu dekat, kami juga akan memanggil para petani karet serta perwakilan Disperindagkop dan UKM Kabupaten Benteng untuk mempertanyakan alasan anjloknya harga karet. Sebab, tidak sedikit masyarakat Kabupaten Benteng yang menggantungkan hidup dari perkebunan karet,\" tandasnya.(135)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: